Meski dampak pelemahan rupiah terhadap dolar tidak sampai menimbulkan krisis moneter di Negara Indonesia, namun para pelaku bisnis mulai mendapati kesulitan terkait kenaikan harga bahan baku untuk keperluan produksi dan biaya operasionalsetiap pelaku usaha. Salah satunya seperti industry tahu dan tempe yang sempat melakukan aksi mogok nasional karena melambungnya harga kedelai yang merupakan bahan baku tahu dan tempe. Namun keterbatasan tersebut tidak membuat jalan pikiran macet. Justru keterbatasan tersebut yang menegakkan akal sehat dengan lahirnya inovasi yang kreatif. Seperti para siswa Sekolah Menengah Kejuruan, Sekolah Menengah Industri (SMK- SMTI) Yogjakarta, para siswa tersebut mempunyai inovasi untuk membuat tempe dari biji buah nangka atau yang dalam bahasa jawa disebut beton. Beton tersebut sengaja dipilh sebagai alternative pengganti kacang kedelai karena biji nangka memiliki kandungan kalori, protein, karbohidrat, kalium, fosfor, vitamin A, B, dan C, serta lemakyang lebih rendah dibanding kacang kedelai. Seperti halnya proses pembuatan tempe dari kacang kedelai, proses pembuatan tempe biji beton pun terbilang cukup sederhana. Yang pertama dilakukan, membersikan biji beton dengan air. Setelah bersih, kemudian biji beton direbus dalam air yang mendidih. Setelah cukup matang, kemudian biji beton diangkat, dan ditiriskan, yang selanjutnya kulit dilepas dari bijinya. Biji beton yang telah dikupas kulitnya, kemudian dipotong kecil- kecil dan direbus kembali selama 20menit. Selesai direbus, biji beton diangkat kembali lalu ditiriskan selama 15menit agar dingin. Setelah dingin, kemudian diberi tepung ragi dengan perbandingan 250 gram biji beton, tepung raginya sebanyak 2 gram. Biji beton yang sudah tercampur tepung ragi, kemudian dibungkus daun pisang dan potongan koran. Kemudian diamkan selama 34jam atau satu setengah hari. Setelah itu tempe siap untuk dimasak. Inovasi tempe dari biji beton karya siswa SMK- SMTI Yogjakarta ini sudah beberapa kali memenangkan kompetisi yang diselenggarakan baik tingkat daerah maupun tingkat nasional. Penemuan inovasi ini diharapkan dapat menjadi salah satu alternative dalam membuat tempe, ditengah melambungnya harga kedelai dipasaran.
Sabtu, 30 November 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar